MEMAYU HAYUNING MOJOKERTO

oleh : Kang Tiwi *)

Jargon aslinya berbunyi : Memayu Hayuning Bawono. Mempercantik Keindahan Dunia.

Jika penulis kemudian mengganti plesetan produktif, Memayu Hayuning Mojokerto maka artinya adalah Mempercantik Keindahan Mojokerto.

Hal ini sudah dibuktikan oleh Pemerintah Kota Mojokerto. Di bawah kepemimpinan Ning Ita, performa wajah kota disulap menjadi moncer, alias waow.. keren. Walau jika ditelisik masih ada kekurangan di kawasan pembangunan Rejoto namun mayoritas warga kota merasa lega dan bangga. Bahwa secara realitas empiris sudah tampak nyata wujud keindahan dimaksud.

Jalan jalan protokol, seperti Empu Nala tampak luas bersih molek. Ruang terbuka hijau, trotoar, alun alun kota, ornamen bangunan kantor, semua sudah ditata apik. Menuju Full of Mojopahit Greatness. Penuh dengan Kemegahan Mojopahit.

Padahal kita tahu, slogan semangat membangun bernuansa serba Mojopahit yang disusul pencanangan motto Full of Mojopahit Greatness itu adalah milik Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Bukan Pemerintah Kota.

Sebagai pejabat Pemkab melihat fakta riil macam ini harusnya introspeksi. Mengapa pemilik konsep elegan fantastis, namun yang bergerak lari cepat justru pihak lain.

Apakah benar semua pejabat pemkab perlu dipertanyakan kembali nilai integritas pribadi terhadap jiwa nasionalisme historis.

Teka teki pertanyaan seperti itu sesungguhnya menjadi tema sentral pembicaraan rakyat jelata di warung kopi. Juga kerap dijadikan topik rasan rasan di kalangan diskusi para pelaku budaya Mojokerto.

Mengapa percikan spirit adiluhung para leluhur tak bisa mewarnai kinerja pejabat Kabupaten. Dan mengapa pula puluhan leading sector di lingkungan Pemkab Mojokerto tidak ada yang berani menginisiasi terobosan baru untuk perubahan.

Tulisan ini hadir sebagai kritik sosial, sekaligus amunisi pemacu gairah perubahan. Bahwa sebagai abdi negara kreativitas ASN diuji. Tak boleh larut dengan urusan teknis kecil sepele yang sifatnya rutinitas belaka.

Sampai di sini penulis sesungguhnya ikut prihatin. Karenanya, misi tulisan ini bermaksud mengingatkan kesadaran kaum birokrasi. Salah kaprah jika ada anggapan tulisan ini sebagai biang provokator.

Ingat, Hari Jadi Kabupaten Mojokerto tahun 2023 ini sudah menapak angka ke 730 tahun. Penulis paham dan maklum. Bahwa ketemu angka 730 ini dihitung dari jarak interval berdirinya Kerajaan Majapahit tahun 1293.

Yang aneh, usia tersebut secara bukti hukum materiil sesungguhnya melekat pada nama diri Mojopahit. Bukan Mojokerto.

Lho…. kok…..???

Wassalam.

  • )Penulis adalah YouTuber SULUK AJI, tinggal di Pekukuhan Mojosari Mojokerto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *