Budaya  

Istiqomah Sudah 17 Kali, Hadi Purwanto Gelar Khotmil Quran dan Doa Bersama di Makam Umum Banjarsari

Suasana pembacaan Sholawat sejumlah warga di area makam Dusun Banjarsari

DIGDYA NEWS. COM / MOJOKERTO – Suasana penuh khidmat menyelimuti area Makam Umum Dusun Banjarsari, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Minggu (5/10/2025). Sejak selepas salat Subuh, Puluhan warga dari berbagai kalangan tampak mengikuti kegiatan rutin Khotmil Qur’an, Manaqiban, Sholawatan, serta doa bersama untuk para leluhur dan ahli kubur yang digagas oleh Hadi Purwanto, S.T., S.H., M.H.

Kegiatan ini bukan hal baru. Sudah 17 kali berturut-turut, mas Hadi sapaan akrabnya menyelenggarakan acara tersebut secara istiqomah setiap Minggu pertama di awal bulan. Warga Banjarsari, pemuda-pemudi, hingga sejumlah jurnalis turut hadir untuk bersama-sama mempererat tali silaturahmi dan memperdalam keimanan melalui kegiatan keagamaan tersebut.

Kegiatan diawali dengan Khotmil Qur’an yang dipimpin K.H. Hasan Mathori, dilanjutkan doa bersama dengan menyebut satu per satu nama ahli kubur yang telah dicatat oleh warga.

Usai itu, jamaah melantunkan Manaqib dan Shilawat bersama grup Al-Haddad Djawa Dwipa hingga menjelang siang.
Selepas salat Zuhur berjamaah di Aula Makam Eyang Tumenggung Soekarto Widjoyono, kegiatan diteruskan dengan tahlil dan pengajian yang kembali dipimpin oleh K.H. Hasan Mathori, diakhiri dengan doa bersama serta makan tumpeng yang disediakan panitia.

Hadi Purwanto dan keluarga, masyarakat dia acara rutinan khotmil Wuran, manaqiban dan Sholawat

Saat ditemui usai acara, Hadi Purwanto menegaskan bahwa kegiatan tersebut murni dilandasi niat ibadah, bukan untuk kepentingan duniawi.

“Segala kegiatan ini kami niatkan hanya karena Allah SWT. Tidak ada motif politik atau tujuan lain. Kami hanya ingin mencari ridha Allah, berharap diberi kekuatan untuk terus istiqomah,” ujar Hadi Purwanto SH,. MH pendiri LBH Djawa Dwipa.

Putra daerah yang baru selesaikan pendidikan Magister Hukum di PTS Surabaya ini juga mengingatkan pentingnya berbuat baik selama hidup dan senantiasa mengingat kematian.

“Dunia hanya sementara. Berdoa untuk orang tua dan leluhur adalah bentuk bakti yang tidak pernah putus. Dari doa mereka di masa lalu, kita bisa menikmati kehidupan hari ini,” tambahnya.

Dalam tausiyahnya, K.H. Hasan Mathori berpesan agar umat Islam senantiasa menjaga ketulusan hati dalam berdoa.
“Doa akan mudah dikabulkan bila hati bersih. Jangan pernah menganggap berdoa di makam itu syirik, karena justru di sanalah kita diingatkan akan kematian,” tuturnya.

Ia menegaskan, ziarah kubur dan doa bersama merupakan wujud penghormatan kepada orang tua dan leluhur yang telah berjasa.

“Mari jadi orang yang tawadhu. Kita berdoa kepada Allah dengan perantara para wali-Nya, agar doa-doa kita diterima,” ujarnya menutup ceramah.

Kegiatan rutin ini pun diakhiri dengan suasana penuh kebersamaan, menjadi simbol kuatnya tradisi religius warga Banjarsari yang terus dijaga lintas generasi. ( zen/ rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *